Desember dan Pintu Keluar
Beberapa waktu lalu, tepatnya di bulan Desember, aku sempat mengalami keresahan. Keresahan itu mendorongku untuk think deeply tentang keresahan itu sendiri : 'gimana caranya biar ga sekentang ini? gimana caranya bisa sekritis dan sepede mereka?'
Sangat wajar. Ketika manusia seumuranku merasa insecure melihat teman-temannya yang lebih waw. Bukankah begitu?
Saat itu, aku sangat sadar bahwa tidak seharusnya aku membiarkan hal tersebut terjadi begitu saja. Aku harus mulai berubah agar tidak tertinggal. But tbh, idk how to start.
Aku pun akhirnya tanya sana sini tentang habit apa yang menumbuhkan kekritisan dan kepercayaan diri pada diri mereka. Then, I forced myself to fit with those habits.
Akan tetapi, keresahan yang aku miliki tidak langsung lenyap begitu saja setelah aku menerapkan habit tersebut. Akhirnya, keresahan itu aku luapkan ke salah seorang teman baikku karena masih terasa mengganjal.
Dia menjawab, "Jangan maksain, Mut. Everybody has their own way. It's okay. Cari caramu sendiri, senyamanmu."
Dia pun melanjutkan, "Mungkin soal jam terbangnya juga. You just need more time buat membiasakan habit-habit baru itu."
Dua kalimat pencerahan di atas sedikit mengurangi keresahanku. Merasa masih belum puas, aku pun berbincang lagi dengan teman baikku yang lain.
Dalam obrolan tersebut, aku dapat menarik kesimpulan bahwa berada dalam lingkungan yang positif dan mendukung juga dapat menjadikan kita lebih percaya diri. Tanpa disadari, lingkungan tersebut akan memberikan kita rasa nyaman sehingga kita akan lebih berani untuk speak up dan menantang diri untuk lebih kritis. Dengan begitu, budaya percaya diri dan kritis akan terbentuk dengan sendirinya.
Setelah menemukan beberapa jawaban, rasa puas atas keresahanku pun terpenuhi. Alih-alih hilang arah, aku sudah mampu menentukan arah.
Jam terbang, lingkungan nyaman, dan habit baru. Ketiganya adalah pintu keluarku dari keresahan ini.
Komentar
Posting Komentar