Maret dan Menepi

Perihal hidup memang tak ada habisnya selama napas masih terus berhembus. Jatuh dan bangun. Bahagia dan kecewa. Bersinar dan meredup. Masing-masing dari mereka memiliki porsinya tersendiri. Ibaratnya seperti yin and yang yang seimbang. 

Hidup juga terus berjalan seiring dengan detak nadi yang belum ditakdirkan berhenti. Memang benar, hidup terus berjalan. Akan tetapi, bukan berarti kamu harus terus berjalan dan berlari tanpa kenal menepi. 

Aku paham. Ada banyak alasan yang membuat kita tak sadar memaksakan diri untuk terus berjalan atau berlari. Boleh jadi, satu di antara kalian bahkan nyaris terengah-engah dan melangkah setengah hati. Mungkin karena target yang tinggi? Takut tertinggal kawan sendiri? Tuntutan dan ekspektasi di sana sini? Aku yakin, kita pasti memiliki alasan tersendiri. 

Lewat tulisan ini, aku hanya ingin mengingatkan. Sepenting, sebesar, sekuat apapun alasan, jangan jadikan langkahmu seolah dipaksakan. Ingat yin and yang yang seimbang. 

Kamu boleh berlari dan tentu saja boleh menepi. Kamu pun boleh bersemangat sepenuh hati dan boleh beristirahat sekali-kali. Kamu juga boleh mengatur napas lagi agar langkahmu tidak berakhir setengah hati.

Karena menepi bukanlah perihal menyerah di tengah-tengah perjalanan. Melainkan, menepi adalah cara untuk lebih menyayangi diri sendiri. Selagi menepi, coba kenali diri dan isi waktumu dengan melakukan hal yang kamu senangi. Membaca, menonton kdrama, kulineran, atau sekadar mencari angin juga tidak apa-apa. Asalkan, semua itu dapat me-recharge dirimu dan menjadikan langkahmu lebih ringan tanpa beban setelahnya. Boleh jadi langkahmu juga akan lebih meroket lagi ke depannya. 

Pesanku untukmu, jangan paksakan dirimu untuk terus berlari. Cobalah sejenak menepi dan sayangi diri. Dengan begitu, langkahmu akan lebih ringan dan tidak terbebani. 

"It's okay to be a glowstick : sometimes we need to break before we shine." 

-unknown


Komentar